Dinamika dalam organisasi memang harus diciptakan karena jika mengalami kondisi stagnant (berhenti) maka sudah dipastikan organisasi tidak akan berkembang dan cenderung mati. Organisasi akan menggeliat ketika di dalamnya ada satu dua orang yang dengan sukarela berperan sebagai motor penggerak. Sang motorik ini biasanya akan menciptakan hal-hal yang menurut sebagian anggota berzona nyaman dianggap sebagai hal yang mengusik ketenangan mereka yang selalu adem ayem kadyo siniram banyu wayu sewindu lawase. Ya, kondisi nyaman yang meninabobokkan mereka dan lambat laun sadar atau tak sadar akan menghancurkan organisasi.
Bagi sang motorik, strategi pembangkitan merupakan act yang harus dilakukan pada sebuah organisasi yang hidup segan mati tak mau. Sang motorik menyadari sepenuhnya juga bahwa tindakannya akan menjadi bahan bully an, dan dia rela untuk menerimanya. Sang motorik harus mengambil tindakan demikian untuk mencegah keterpurukan yang fatal dan itu didorong karena kecintaannya pada organisasinya. Bagi sebagian anggota yang lebih menyukai zona nyaman, pada umumnya mereka tidak memiliki sense of belonging (rasa memiliki) terhadap organisasi alias cuek bebek terhadap perkembangan organisasinya. Bagi mereka, yang penting tidak ada yang mengusik ketenangannya. Jika terusik, sudah bisa dipastikan mereka akan menciptakan berbagai move agar ide-ide gemilang sang motorik melemah dengan trik melemparkan negative issue yang pada umumnya mengarah pada pribadi sang motorik.
Sang motorik murni pada umumnya tidak mempunyai tendensi pribadi, tetapi biasanya akan muncul juga sang motorik gadungan yang selalu mengambil kesempatan untuk tujuan pribadinya. Wajar dan lumrah terjadi pada banyak organisasi. Orang biasanya menyebut sebagai pahlawan kesiangan. Anggota organisasi yang pintar selalu bisa mengamati mana sang motorik pure dan mana yang false dan menumpang.
Selama berada di organisasi, sang motorik murni selalu tidak pernah menyerah karena tidak pernah mengantongi tendensi pribadi. Resiko dibully, dibenci, dicaci, tidak akan pernah membuat jera karena tidak ada kebencian pribadi. Yang ada di hati dan benak sang motorik adalah menggeliatkan orang, menggerakkan orang, membuat orang berani melangkah maju, menuju visi melalui misi. Beraksi dengan misi menuju visi.
Salam RAPI 51-55